Apakah Tether akan bertahan di bawah undang-undang regulasi baru di AS?

Kongres AS sedang memajukan undang-undang penting tentang stablecoin, yang dapat memiliki dampak mendalam pada penerbit stablecoin terbesar di dunia, Tether. Senat akan segera melakukan tinjauan akhir terhadap RUU "Undang-Undang Panduan dan Pembangunan Inovasi Stablecoin Nasional AS 2025" (GENIUS Act), yang akan menjadi undang-undang federal pertama yang masuk ke dalam proses legislasi di bidang cryptocurrency.

USDT saat ini memiliki volume pasar yang diterbitkan sebesar 155 miliar USD, menduduki posisi dominan di pasar stablecoin global. Namun, para analis menunjukkan bahwa model operasi Tether saat ini mungkin sulit untuk memenuhi persyaratan regulasi yang akan datang di Amerika Serikat. Perusahaan ini menghadapi dua pilihan: menyesuaikan bisnisnya untuk mematuhi regulasi baru, atau keluar dari pasar AS dan fokus pada bisnis di luar negeri.

Berdasarkan rancangan tersebut, penerbit stablecoin asing yang ingin memasuki pasar AS harus memenuhi serangkaian syarat ketat. Ini termasuk menerima pengawasan asing yang setara dengan standar AS, mendaftar di Kantor Pengawas Mata Uang AS (OCC), serta memiliki cadangan yang memadai di lembaga keuangan yang berada di dalam AS. Selain itu, undang-undang tersebut mengharuskan penerbit untuk memegang aset likuid tinggi yang setara dengan token yang beredar, menjalani audit bulanan, dan mematuhi peraturan anti pencucian uang.

Beberapa ahli hukum menyarankan Tether untuk mengambil sikap wait and see. Steve Gannon dari firma hukum Davis Wright Tremaine menyatakan bahwa mematuhi peraturan ini mungkin memerlukan Tether untuk menginvestasikan sumber daya yang besar. Sebagai salah satu perusahaan dengan profitabilitas tertinggi di dunia, Tether mungkin akan terus fokus pada pasar baru yang kurang terpengaruh oleh Undang-Undang GENIUS.

Namun, para kritikus undang-undang percaya masih ada celah. Senator Elizabeth Warren menunjukkan bahwa undang-undang tersebut mungkin memungkinkan stablecoin asing yang tidak diatur beredar melalui platform desentralisasi di Amerika Serikat. Dia juga menekankan bahwa kewenangan luas yang diberikan kepada Menteri Keuangan dalam undang-undang tersebut dapat disalahgunakan.

Meskipun menghadapi tantangan, CEO Tether Paolo Ardoino baru-baru ini menyatakan bahwa perusahaan mungkin akan mempertimbangkan untuk menerbitkan stablecoin baru melalui cabang lokal yang diatur oleh AS. Namun, model bisnis Tether saat ini sangat berbeda dari persyaratan regulasi AS, dan perusahaan telah memperingatkan pengguna tentang risiko terkait dalam syarat layanan mereka.

Sementara itu, perusahaan AS Circle sedang berusaha merebut pangsa pasar Tether dan aktif terlibat dalam gelombang regulasi yang diharapkan. Jika investor institusi dan perusahaan keuangan tradisional mengadopsi aset digital, sementara Tether terus berada di luar sistem keuangan AS, mungkin akan kehilangan kesempatan baik.

Meskipun RUU GENIUS memberikan kerangka awal untuk regulasi stablecoin, masih ada ketidakpastian. Versi Dewan Perwakilan Rakyat, legislasi pendukung di bidang cryptocurrency lainnya, dan pedoman pelaksanaan akhir masih harus ditentukan. Dalam lingkungan yang penuh dengan perubahan ini, arah masa depan Tether layak untuk diperhatikan.